Suku Dayak Ngaju merupakan suku mayoritas penduduk di
Provinsi Kalimantan Tengah dengan total sekitar 46,62% dari total populasinya.
Dayak Ngaju memang dikenal sebagai suku asli provinsi beribukota Palangka Raya
ini. Oleh karena itu, setiap budaya dari suku Dayak Ngaju dianggap sebagai perwakilan
dari seluruh kebudayaan yang ada di Kalimantan Tengah. Salah satu Budaya Dayak
Ngaju adalah pakaian adatnya. Pakaian Adat Kalimantan Tengah atau Pakaian Adat
Suku Dayak Ngaju disebut baju sangkarut (yang
diresmikan). Sangkarut adalah pakaian rompi yang kerap digunakan saat
berperang atau saat upacara adat pernikahan. Kata sangka berarti “pembatas” yang
memiliki filosofi bahwa baju ini dapat membatasi dan menangkal setiap gangguan
roh halus yang akan datang pada tubuh pemakainya.
( Seorang
Suku Dayak Ngaju yang mengenakan rompi sangkarut yang berhasil dipotret
terakhir kali oleh seorang peneliti Belanda di tahun 1912. )
Baju
sangkarut dapat dibuat dari kulit nyamu atau kulit lemba, dari tumbuhan pinang
puyuh yang banyak ditemukan di ekosistem hutan hujan tropis seperti di hutan
Kalimantan. Kulit nyamu memiliki struktur yang keras dengan serat yang cukup
banyak sehingga dapat dirajut dan dibentuk seperti rompi. Selain dari bahan
tersebut, pakaian adat Kalimantan Tengah ini juga dapat dibuat dari bahan daun
nenas dan serat tengang. Hiasan Rompi Sangkarut Rompi sangkarut umumnya akan
dihiasi dengan lukisan dari cat alami atau dengan beragam pernak - pernik,
seperti tempelan kulit trenggiling, kancing, manik-manik, uang logam, atau
benda-benda lainnya yang dipercaya mempunyai kekuatan magis (azimat). Rompi
sangkarut akan dikenakan bersama bawahan berupa cawat dan beragam kelengkapan
perang lainnya berupa senjata tradisional seperti tombak, mandau, dan perisai.
Pakaian
Adat Kalimantan Tengah Lainnya Selain rompi sangkarut, suku Dayak Ngaju
sebetulnya memiliki beragam jenis pakaian adat lainnya. Beberapa di antaranya
adalah :
1. Baju Upak
Nyamu
Baju ini merupakan baju dibuat dari bahan yang sama dengan
bahan pembuatan rompi sangkarut khas pakaian adat Kalimantan Tengah, yakni dari
kulit kayu nyamu. Pemakainya juga akan menggunakan ewah atau cawat yang
menutupi bagian kemalu*nnya. Yang membedakan, baju nyamu ini tidak dihiasi
dengan lukisan atau tempelan. Ia berupa rompi polos tanpa lengan.
2. Baju Pawang
Sesuai
namanya, baju pawang hanya dikenakan oleh dukun atau ulama dalam kepercayaan
Kaharingan saat memanjatkan doa. Dalam kepercayaan asli suku Dayak tersebut,
sang dukun diyakini dapat membantu mendatangkan hujan, melindungi diri dari roh
jahat, serta mengobati orang sakit. Baju pawang dibuat dari serat kayu dan
dilengkapi dengan umbai-umbaian atau manik-manik sebagai penghias.
3. Baju Tenunan
Masuknya
beberapa suku bangsa lain, seperti suku Mandar atau Melayu membuat masyarakat
Dayak di Kalimantan Tengah di masa silam mengenal seni menenun. Mereka mulai
belajar menenun kain dari bahan serat alami seperti serat nenas, serat nyamu,
dan serat tumbuhan lainnya. Kain tenunan ini juga dilengkapi dengan motif-motif
khusus yang sangat unik, seperti motif segitiga, motif flora, fauna, motif
alam, dan lain sebagainya. Akan tetapi, baju tenunan tersebut saat ini sudah
punah.
4. Baju
dari Anyaman Tikar
5. Baju Berantai
Penelitian terbaru menemukan bahwa suku Dayak Ngaju pada perkembangannya juga mengenal baju zirah. Baju khusus untuk berperang ini dibuat dari untaian besi. Diperkirakan, adanya baju ini disebabkan oleh pengaruh budaya luar, terutama dari budaya suku Moro Filiphina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar