Powered By Blogger

Senin, 28 November 2016

Pakaian Adat Bangka Belitung


            Provinsi Bangka Belitung adalah sebuah provinsi kepulauan yang sedang dalam tahap berkembang. Provinsi Bangka Belitung Terkenal dengan wisata alamnya, yaitu pantai yang indah, makanan khasnya dan kebudayaan nya yg kental. Nama Bangka Belitung (Bangka Belitung) sendiri terkenal semenjak ditayangkannya film layar lebar yang berjudul "Laskar Pelangi". Pada kesempatan ini kami akan membahas sesuatu yang berubungan dengan kebudayaannya yang khas, yaitu Pakaian Adatnya.
           Pakaian adat Bangka Belitung bernama Baju Baksian, atau juga baju seting dan kain cual. Dari informasi masyarakat sekitar dan juga kepercayaan serta penjelasan banyak orang-orang tua di Babel(Bangka Belitung), pakaian adat tersebut awalnya dibawa oleh saudagar dari Arab yang menikah dengan gadis keturunan Cina asli bangka yaitu berasal dari kota Mentok, Bangka.
 • Pakaian Adat Untuk Perempuan
            Pakaian adat Babel untuk pengantin perempuan dinamakan baju setin. Yang     dibuatndari kain beludru atau kain sutra. Baju ini dipadukan dengan bawahan berupa kain cual. (Sering juga disebut kain lasem). Motif nya ada 2 yaitu motif corak penuh dan motif ruang kosong
 
• Pakaian adat untuk laki-laki
            Untuk pengantin laki-laki, menggunakan sebuah jubah khas jubah Arab dengan warna merah tua. Jubah tersebut delengkapi dengan selendang atau selempang.


Senin, 21 November 2016

Pakaian Adat Jawa Barat


          Pakaian Adat Jawa Barat memiliki pakaian adat yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Kain kebaya pada dasarnya digunakan perempuan di semua lapisan, baik rakyat biasan maupun bangsawan. Perbedaannya mungkin hanya pada bahan kebaya yang digunakan serta corak hiasnya.
          Pakaian untuk laki-laki pada umumnya adalah baju takwa dan celana warna hitam, dilengkapi dengan kain dodot dan tutup kepala bendo terbuat dari kain batik halus bermotif sama dengan kain dodot. Untuk kesempatan resmi, pakaian perempuan Priangan dilengkapi dengan sehelai selendang berwarna sama dengan kebaya dan alas kakinya berupa sandal selop.
          Pada bagian kebaya dari leher sampai ujung bawah kebaya surawe terdapat hiasan dari pasmen, demikian pula pada sekeliling lengan dan pada seputar bawah kebaya. Sebagai penyambung belahan kebaya digunakan peniti.
          Kelengkapan pakaian bagi kaum perempuan juga diperhatikan. Mereka pada umumnya memakai perhiasan gelang emas atau perak, gelang bahar, suweng pelenis baik yang terbuat dari emas atau perak, dan ali meneng. Sementara kaum laki-laki pada umumnya memamkai cincin emas, hiasan jas  di bagian dada, yang terdiri dari rantai emas atau perak dengan liontin dari kuku harimau.



Senin, 14 November 2016

Pakaian Adat Kalimantan Tengah – Palangka Raya ( Suku Dayak Ngaju )


            Suku Dayak Ngaju merupakan suku mayoritas penduduk di Provinsi Kalimantan Tengah dengan total sekitar 46,62% dari total populasinya. Dayak Ngaju memang dikenal sebagai suku asli provinsi beribukota Palangka Raya ini. Oleh karena itu, setiap budaya dari suku Dayak Ngaju dianggap sebagai perwakilan dari seluruh kebudayaan yang ada di Kalimantan Tengah. Salah satu Budaya Dayak Ngaju adalah pakaian adatnya. Pakaian Adat Kalimantan Tengah atau Pakaian Adat Suku Dayak Ngaju disebut baju sangkarut (yang  diresmikan). Sangkarut adalah pakaian rompi yang kerap digunakan saat berperang atau saat upacara adat pernikahan. Kata sangka berarti “pembatas” yang memiliki filosofi bahwa baju ini dapat membatasi dan menangkal setiap gangguan roh halus yang akan datang pada tubuh pemakainya.


( Seorang Suku Dayak Ngaju yang mengenakan rompi sangkarut yang berhasil dipotret terakhir kali oleh seorang peneliti Belanda di tahun 1912. )

          Baju sangkarut dapat dibuat dari kulit nyamu atau kulit lemba, dari tumbuhan pinang puyuh yang banyak ditemukan di ekosistem hutan hujan tropis seperti di hutan Kalimantan. Kulit nyamu memiliki struktur yang keras dengan serat yang cukup banyak sehingga dapat dirajut dan dibentuk seperti rompi. Selain dari bahan tersebut, pakaian adat Kalimantan Tengah ini juga dapat dibuat dari bahan daun nenas dan serat tengang. Hiasan Rompi Sangkarut Rompi sangkarut umumnya akan dihiasi dengan lukisan dari cat alami atau dengan beragam pernak - pernik, seperti tempelan kulit trenggiling, kancing, manik-manik, uang logam, atau benda-benda lainnya yang dipercaya mempunyai kekuatan magis (azimat). Rompi sangkarut akan dikenakan bersama bawahan berupa cawat dan beragam kelengkapan perang lainnya berupa senjata tradisional seperti tombak, mandau, dan perisai.
          Pakaian Adat Kalimantan Tengah Lainnya Selain rompi sangkarut, suku Dayak Ngaju sebetulnya memiliki beragam jenis pakaian adat lainnya. Beberapa di antaranya adalah :
1.  Baju Upak Nyamu 

         Baju ini merupakan baju dibuat dari bahan yang sama dengan bahan pembuatan rompi sangkarut khas pakaian adat Kalimantan Tengah, yakni dari kulit kayu nyamu. Pemakainya juga akan menggunakan ewah atau cawat yang menutupi bagian kemalu*nnya. Yang membedakan, baju nyamu ini tidak dihiasi dengan lukisan atau tempelan. Ia berupa rompi polos tanpa lengan. 
2.  Baju Pawang
          Sesuai namanya, baju pawang hanya dikenakan oleh dukun atau ulama dalam kepercayaan Kaharingan saat memanjatkan doa. Dalam kepercayaan asli suku Dayak tersebut, sang dukun diyakini dapat membantu mendatangkan hujan, melindungi diri dari roh jahat, serta mengobati orang sakit. Baju pawang dibuat dari serat kayu dan dilengkapi dengan umbai-umbaian atau manik-manik sebagai penghias.

3.  Baju Tenunan
         Masuknya beberapa suku bangsa lain, seperti suku Mandar atau Melayu membuat masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah di masa silam mengenal seni menenun. Mereka mulai belajar menenun kain dari bahan serat alami seperti serat nenas, serat nyamu, dan serat tumbuhan lainnya. Kain tenunan ini juga dilengkapi dengan motif-motif khusus yang sangat unik, seperti motif segitiga, motif flora, fauna, motif alam, dan lain sebagainya. Akan tetapi, baju tenunan tersebut saat ini sudah punah.

4.  Baju dari Anyaman Tikar 



         Ada pula jenis baju yang dibuat dari anyaman tikar. Baju yang tidak diketahui namanya ini dibuat dengan menganyam tikar, lengkap dihiasi dengan ukiran kayu, tulang, atau kerang. Baju ini diyakini sebagai baju khas untuk berperang. Pakaian Adat Kalimantan Tengah, Nama, Gambar, dan Keterangannya

5.  Baju Berantai

      Penelitian terbaru menemukan bahwa suku Dayak Ngaju pada perkembangannya juga mengenal baju zirah. Baju khusus untuk berperang ini dibuat dari untaian besi. Diperkirakan, adanya baju ini disebabkan oleh pengaruh budaya luar, terutama dari budaya suku Moro Filiphina.


Senin, 24 Oktober 2016

Pakaian Adat Jawa Timur Dengan Motif yang Sederhana


            orang yang berasal dari jawa timur yang lebih tegas dalam menyampaikan pendapat sehingga motif dan corak yang ada dalam Pakaian Adat Jawa Timur juga melambangkan ketegasan namun juga tetap berkesan sederhana dengan menjunjung Tinggi etika.
            Pakaian Tradisional Jawa Timur untuk pria, dengan menggunakan celana kain dan juga dengan motif hitam, merah, dan warna emas di bagian bawah celana kain dengan warna dasar hitam tersebut. Untuk Pakaian Adat Jawa Timur Wanita, mereka menggunakan kain berwarna hijau untuk dijadikan celana dengan motif baju seperti kemben dengan corak warna yang sama seperti yang ada pada pria jawa timur yaitu dengan corak warna merah, kuning, dan hitam.

ULOS (SUMATERA UTARA)


      
           Siapa yang tidak mengenal kain yang melegenda ini. Ulos adalah salah satu warisan budaya di Indonesia yang sangat terkenal karena keindahan dan unsur etnik yang terkandung dalam setiap tenunan dari kain tersebut. Ulos sendiri adalah kain khas dari suku Batak, Sumatera Utara. Kain ulos sendiri dibuat dengan cara ditenun dengan kombinasi warna yang berbeda-beda. Warna yang mendominasi dalam kain ulos sendiri adalah warna hitam, ungu, keemasan, merah. Namun seiring dengan perkembangan zaman kai ulos banyak di modifikasi, namun tetap tidak menghilangkan unsur-unsur aslinya.
            Dalam kepercayaan suku batak, Ulos juga kadang-kadang diberikan kepada sang ibu yang sedang mengandung supaya mempermudah lahirnya sang bayi ke dunia dan untuk melindungi ibu dari segala mara bahaya yang mengancam saat proses persalinan.  Dalam setiap kegiatan seperti upacara pernikahan, kelahiran, dan dukacita ulos selalu menjadi bagian adat yang selalu di ikut sertakan. Menurut pemikiran moyang orang batak, salah satu unsur yang memberikan kehidupan bagi tubuh manusia adalah “kehangatan”. Mengingat orang-orang batak dahulu memilih hidup di dataran yang tinggi sehingga memiliki temperatur yang dingin.




Ulos Antakantak
             Ulos ini dipakai sebagai selendang orang tua untuk melayat orang yang meninggal, selain itu ulos tersebut juga dipakai sebagai kain yang dililit pada waktu acara manortor(menari).
Ulos Bintang Maratur
             Ulos ini merupakan Ulos yang paling banyak kegunaannya di dalam acara-acara adat Batak Toba, beberapa diantaranya yakni:
  •  Kepada anak yang memasuki rumah baru. Memiliki rumah baru (milik Sendiri) adalah merupakan suatu kebanggaan terbesar bagi masyarakat Batak Toba. Keberhasilan membangun atau memiliki rumah baru di anggap sebagai salah satu bentuk keberhasilan atau prestasi tersendiri yang tak ternilai harganya.
  • Secara khusus di daerah Toba Ulos ini diberikan waktu acara selamatan Hamil 7 Bulan yang diberikan oleh pihak hulahula kepada anaknya. Ulos ini juga di berikan kepada Pahompu (cucu) yang baru lahir sebagai Parompa (gendongan) yang memiliki arti dan makna agar anak yang baru lahir itu di iringi kelahiran anak yang selanjutnya, kemudian ulos ini juga di berikan untuk pahompu (cucu) yang baru mendapat babtisan di gereja dan juga bisa di pakai sebagai selendang.
Ulos Bolean
            Ulos ini biasanya di pakai sebagai selendang pada acara-acara kedukaan.
Ulos Mangiring
            Ulos ini dipakai sebagai selendang, Talitali, juga Ulos ini di berikan kepada anak cucu yang baru lahir terutama anak pertama yang memiliki maksud dan tujuan sekaligus sebagai Simbol besarnya keinginan agar si anak yang lahir baru kelak di iringi kelahiran anak yang seterusnya, Ulos ini juga dapat dipergunakan sebagai Parompa (alat gendong) untuk anak.
Ulos Padang Ursa dan Ulos Pinan Lobu-lobu
            Ulos ini dipakai sebagai Talitali dan Selendang.
Ulos Pinuncaan
           Ulos ini terdiri dari lima bagian yang ditenun secara terpisah yang kemudian di satukan dengan rapi hingga menjadi bentuk satu Ulos. Kegunaannya antara lain:
  • Dipakai dalam berbagai keperluan acara-acara duka cita maupun suka cita, dalam acara adat ulos ini dipakai/ di sandang oleh Raja-raja Adat.
  • Dipakai oleh Rakyat Biasa selama memenuhi beberapa pedoman misalnya, pada pesta perkawinan atau upacara adat di pakai oleh suhut sihabolonon/ Hasuhuton (tuan rumah).
  • Kemudian pada waktu pesta besar dalam acara marpaniaran (kelompok istri dari golongan hulahula), ulos ini juga di pakai/dililit sebagai kain/hohophohop oleh keluargahasuhuton (tuan rumah).
  • Ulos ini juga berfungsi sebagai Ulos Passamot pada acara Perkawinan. Ulos Passamot di berikan oleh Orang tua pengantin perempuan (Hulahula) kepada ke dua orang tua pengantin dari pihak laki-laki (pangoli). Sebagai pertanda bahwa mereka telah sah menjadi saudara dekat.
Ulos Ragi Hotang
           Ulos ini di berikan kepada sepasang pengantin yang sedang melaksanakan pesta adat yang di sebut dengan nama Ulos Hela. Pemberian ulos Hela memiliki makna bahwa orang tua pengantin perempuan telah menyetujui putrinya di persunting atau di peristri oleh laki-laki yang telah di sebut sebagai “Hela” (menantu). Pemberian ulos ini selalu di sertai dengan memberikan mandar Hela (Sarung Menantu) yang menunjukkan bahwa laki-laki tersebut tidak boleh lagi berperilaku layaknya seorang laki-laki lajang tetapi harus berperilaku sebagai orang tua. Dan sarung tersebut di pakai dan di bawa untuk kegiatan-kegiatan adat.
Ulos Ragi Huting
           Ulos ini sekarang sudah Jarang di pakai, konon pada zaman dulu sebelum Indonesia merdeka, anak perempuan (gadis-gadis) memakai Ulos Ragi Huting ini sebagai pakaian sehari-hari yang dililitkan di dada (Hobahoba) yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah seorang putri (gadis perawan) batak Toba yang ber-adat.
Ulos Sibolang Rasta Pamontari
            Ulos ini di pakai untuk keperluan duka dan suka cita, tetapi pada zaman sekarang, Ulos Sibolang bisa di katakan sebagai simbol duka cita, yang di pakai sebagai Ulos Saput (orang dewasa yang meninggal tapi belum punya cucu), dan di pakai juga sebagai Ulos Tujung untuk Janda dan Duda dengan kata lain kepada laki-laki yang ditinggal mati oleh istri dan kepada perempuan yang di tinggal mati oleh suaminya. Apabila pada peristiwa duka cita Ulos ini di pergunakan maka hal itu menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah sebagai keluarga dekat dari orang yang meninggal.
Ulos Si bunga Umbasang dan Ulos Simpar
            Secara umum ulos ini hanya berfungsi dan dipakai sebagai Selendang bagi para ibu-ibu sewaktu mengikuti pelaksanaan segala jenis acara adat-istiadat yang kehadirannya sebatas undangan biasa yang di sebut sebagai Panoropi (yang meramaikan) .
Ulos Sitolu Tuho
            Ulos ini difungsikan atau di pakai sebagai ikat kepala atau selendang.

Ulos Suri-suri Ganjang
            Ulos ini di pakai sebagai Hande-hande (selendang) pada waktu margondang (menari dengan alunanan musik Batak) dan juga di pergunakan oleh pihak Hulahula (orang tua dari pihak istri) untuk manggabei (memberikan berkat) kepada pihak borunya (keturunannya) karena itu disebut juga Ulos gabegabe (berkat).
Ulos Simarinjam sisi
            Dipakai dan di fungsikan sebagai kain, dan juga di lengkapi dengan Ulos Pinunca yang di sandang dengan perlengkapan adat Batak sebagai Panjoloani (mendahului di depan). Yang memakai ulos ini adalah satu orang yang berada paling depan.
Ulos Ragi Pakko dan Ulos Harangan
            Pada zaman dahulu di pakai sebagai selimut bagi keluarga yang berasal dari golongan keluarga kaya, dan itu jugalah apabila nanti setelah tua dan meninggal akan di saput (di selimutkan, dibentangkan kepada jasad) dengan ulos yang pakai Ragi di tambah Ulos lainnya yang di sebut Ragi Pakko karena memang warnanya hitam seperti Pakko.
Ulos Tumtuman
            Dipakai sebagai talitali yang bermotif dan di pakai oleh anak yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah anak pertama dari hasuhutan (tuan rumah).
Ulos Tutur-Tutur
            Ulos ini dipakai sebagai talitali (ikat kepala) dan sebagai Handehande (selendang) yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya (keturunannya).